Latest News

Dari Seminar EI-PGRI Consortium Project, Pemantapan PGRI Sebagai Serikat Pekerja Guru dan Peranannya Dalam Pembangunan Pendidikan

Senin, 10 Agustus 2009 , Posted by gemapgrinews.blogspot.com at 13.34


Jajaran Pengurus dan Anggota PGRI Provinsi Gorontalo pada Agustus 2009 ini kembali mendapat bagian menyelenggarakan Seminar Education Internasional (EI)-PGRI Consortium Project. Kegiatan untuk yang ke-enam kalinya dilaksanakan di daerah ini dipusatkan di Hotel Mutiara Kota Gorontalo dari 7-9 Agustus 2009. Sementara yang menjadi narasumber antara lain Koordinator EI Wilayah Asia Pasifik Chusnul Savitri, Ketua PB PGRI Drs. H. Sugito, M.Si, Wakil Ketua PGRI Provinsi Gorontalo Dra. Hj. Z. Mentemas Jusuf dan Ketua Lembaga Penelitian (LEMLIT) UNG Prof. Dr. Hj. Ani M. Hasan, M.Pd.
Seperti tahun-tahun sebelumnya peserta Seminar merupakan utusan Pengurus dan Anggota PGRI Cabang dan Cabang Khusus se Provinsi Gorontalo sebanyak 40 orang Guru, Dosen, Pengawas yang berasal dari berbagai tingkatan pendidikan mulai dari TK, SD,SMP-SMA, Perguruan Tinggi, dan Kepala Sekolah.
Meski tidak sempat dihadiri Ketua PGRI Provinsi Gorontalo Prof. Dr. Ir. H. Nelson Pomalingo, M.Pd yang tengah berada di Jakarta, namun kegiatan seminar kali ini berlangsung lancar, aman dan sukses.
Dalam pengantarnya, Dra. Hj. Z. Mentemas Jusuf atas nama Ketua PGRI Provinsi Gorontalo menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada EI Wilayah Asia Pasifik dan PB PGRI yang telah enam kali berturut-turut memberikan kepercayaan kepada Provinsi Gorontalo menjadi tempat pelaksanaan kegiatan penting ini. Ia berharap, kegiatan yang sama masih tetap dilanjutkan dimasa-masa-masa mendatang. Sosok Guru 3 zaman ini juga memaparkan bahwa seminar EI sangat penting artinya bagi para peserta yakni menjadi salah satu wahana membangkitkan kesadaran dan komitmen peserta untuk menjadi kader PGRI yang handal dan berkualitas baik sebagai insane pendidik, anggota PGRI, warga masyarakat dan warga bangsa.
Dibagian lain, Wakil Ketua PB PGRI Drs. H. Sugito, M.Si dalam sambutan pembukaannya mengatakan rasa syukurnya berada ditengah-tengah guru di Provinsi Gorontalo dan atas nama jajaran Pengurus Besar di Jakarta, mantan Kepala Dinas Pendidikan DI Jokyakarta ini menyampakan salam dan rasa bangganya terhadap segenap anggota PGRI di daerah ini. Selain membuka secara resmi kegiatan ini, sosok guru senior ini membacakan sambutan tertulis Ketua PB PGRI Dr. Sulistyo, M.Pd terkait pelaksanaan Seminar EI-PGRI Consortium Project tahun 2009.
Dalam sambutannya Dr. Sulistyo, M.Pd yang juga Rektor IKIP PGRI mengatakan, mutu pendidikan hingga saat ini belum sesuai harapan semua pihak dan disisi lain profesionalisme, kesejahteraan, dan perlindungan guru juga masih harus diperjuangkan. Guru sebagai komponen utama dan terpenting dalam pendidikan menurut Sulistyo haruslah menjadi pihak yang paling berperan dalam memperjuangkan perubahan itu. Keberhasilan melakukan perubahan tersebut, ungkap Sulistyo lagi merupakan sebuah kemenangan. Namun ditekankan, untuk meraih kemenangan yang gemilang membutuhkan organisasi guru yang kuat dan solid.
Untuk itu, kedepan PGRI harus mampu membangun kekuatan dengan menyatukan guru seluruh tanah air, bersatu padu, berserikat, berhimpun dalam wadah organisasi, PGRI. Pengurus organisasi berkewajiban menjadikan organisasi ini tumbuh dan berkembang menjadi kuat dan bermartabat. Maju tidaknya organisasi ini bergantung pada pengurus dan anggota PGRI, bukan kepada orang lain.
Disisi lain dalam sambutan tertulisnya Sulistyo mengatakan, meskipun perjuangan PGRI untuk peningkatan kesejahteraan maupun kualitas pendidik telah berhasil diraih dengan lahirnya UU No. 14 tahun 2005, para guru diharapkan mampu mengubah sikap dan perilaku sebagai cerminan guru yang benar-benar telah diperlakukan sebagai guru yang profesional. Profesional menurutnya adalah kemampuan serba terukur, mempunyai akuntabilitas yang jelas, bisa membuktikan keahliannya, serta nyata hasilnya (transparans), sehingga manfaatnya bisa langsung dirasakan, baik bagi guru sendiri maupun peserta didik.
Guru tak lagi hanya puas dengan menghasilkan anak didik yang mampu memperoleh nilai 10 untuk ujian nasional (UN), melainkan mencetak anak didik yang benar-benar menjadi sumber energi baru bagi bangsa dan negara. Lebih dari itu, bisa menghasilkan anak didik yang kelak mampu menyokong  dan meningkatkan nilai martabat manusia. Pada dasarnya, maju atau mundur satu bangsa sangat bergantung kepada pendidik.(AM)

Currently have 0 komentar:

Leave a Reply

Posting Komentar