Latest News

”MEMBANGUN KEKUATAN PIKIRAN”

Rabu, 21 Juli 2010 , Posted by gemapgrinews.blogspot.com at 19.02


Oleh :

Fitriyani Kamali, S.Pd, M.Pd, Kons


Entah mengapa, setelah menikmati sajian buku-buku ilmiah tentang teori dan konsep berfikir, tergerak hatiku untuk memadukan ketiga pilar kekuatan yang merupakan sumber energi dalam kehidupan. Energi dalam diri, energi Lingkungan dan energi Sang Pencipta guna meraih karakter bangsa yang kuat.

Melirik Proses konseling sebagai upaya untuk menjadikan klien mendapatkan kehidupan yang efektif (KES). Poros sasaran utama tujuan konseling adalah untuk memandirikan klien dan mengentaskan permasalahan, meraih kemartabatan hidup sehingga klien mendapatkan dan meraih suasana AKUR (Acuan, Kompetensi, Usaha, dan Rasa) yang sehat dan tercerahkan. Proses konseling jelas dapat membangun kekuatan pikiran yang positif agar dapat diraih dalam sebuah proses yang sehat dan dinamis, normatif dalam bingkai budaya.

Bagaimana Pendapat Para Ahli Tentang Kekuatan Pikiran
”Pikiran adalah kekuatan yang tak tertandingi. Masihkah kita tanyakan, mengapa keinginan anda belum juga terjadi sampai hari ini? Jawabannya sederhana, anda belum memaksimalkan kemampuan berpikir anda”
”Demikian dahsyatnya kekuatan akal sehingga dikatakan seolah-olah akal adalah rasul dalam diri manusia. Kalau kita menggunakannya dengan benar, akal akan membawa kita naik dan makin dekat pada Allah..(Haidar Baqir).”
”Adanya keyakinan dalam diri seseorang itu bisa mempengaruhi semangat orang. Kekuatan pikiran dapat menggerakkan seseorang untuk menjadi lebih semangat untuk mencapai cita-citanya...(Ibnu Sinah).”
”Mengapa kita tidak bisa mendapatkan apa yang kita inginkan? Karena hati kita sejak awal sudah meragukan diri kita sendiri.”

Menggali Kekuatan Pikiran Menurut Para Ahli
Rhonda Byrne dalam bukunya The Secret menuliskan, ”di dalam diri kita terdapat sebuah magnet yang lebih kuat dari apapun. Magnet itu dipancarkan melalui pikiran kita. Ketika kita memikirkan sesuatu otomatis akan menarik apa yang kita pikirkan itu.”

Ungkapan ini didukung oleh pendapat Erbe Santanu, yang menulis buku Quantum Ikhlas, menjelaskan bahwa ”Diri kita adalah sebuah magnet besar yang selalu menarik apa saja sesuai dengan fokus dari apa yang sedang kita pikirkan dan rasakan. Sehingga bila kita berfikir kesulitan, kita tidak akan menarik kemudahan, Jika kita menarik kekurangan, kita tidak akan menarik kekayaan. Erbe Santanu kembali menambahkan, ”Mengapa kita tidak bisa mendapatkan apa yang kita inginkan? Karena hati kita sejak awal sudah meragukan diri kita sendiri.”

Hal ini senada dengan ungkapan penyair Jalaludin Rumi, ”Semua ada di dalam dirimu. Mintalah melalui dirimu sendiri.”
Sehubungan dengan hal di atas Dr.Aidh Al Qarni dalam La Tahzan menuliskan,”Cara pandang kita pada dunia menentukan corak kehidupan kita. Hidup kita adalah ciptaan pikiran kita sendiri. Karena itu, jangan pernah memandang dunia dengan kaca mata yang hitam.”

Melirik Tentang Cara Kerja Kekuatan Pikiran
Pendapat Erbe sentanu yg didukung oleh Reza Gunawan, menjelaskan lebih dalam mengenai betapa dahsyatnya pengaruh kondisi ringan, ikhlas, dan selaras bagi sebuah kekuatan pikiran.
Menurut Erbe, kondisi ini akan sangat berpengaruh bagi jalannya gelombang alfa menuju bawah sadar. Alfa adalah tombol ikhlas. Frekuensi alfa akan masuk ke bawah sadar ketika seseorang berada dalam kondisi ikhlas – tanpa praduga negatif atas sesuatu, yang ada hanya keinginan untuk mencapai sesuatu. Disinilah sejatinya kekuatan pikiran mencapai hasil optimal.

Kekuatan bawah sadar memiliki peran sangat penting bagi tercapainya segala bentuk keinginan yang ada di pikiran. Prosentasenya sebesar 88% muncul dalam bentuk ”perasaan”. Kekuatan ini mampu menarik segala impian menjadi kenyataan.

Membangun Kekuatan Pikiran Melalui Energi Sang Pencipta
1. Mintalah (Doa)
Allah swt berfirman: ”Aku dekat, Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepadaku.”(Al-Baqarah: 186.
Allah Maha Pemberi mintalah dengan kejelasan. Beberapa pengusaha sukses, selalu menuliskan apa yang ia inginkan dalam sebuah buku, mereka akan mencatat sedetail mungkin, tanpa keraguan karena hanya kepada Allah jualah tempat kita meminta. Haidar menyatakan, ”Pada sebuah hadis dikatakan doa bisa mengubah takdir. Di sini perubahan yang konkret bisa terjadi dengan sesuatu yang tidak konkret, yaitu kekuatan makna dari magnet doa.
2.Yakin
Rasulullah Saw, bersabda: ”Berdoalah kepada Allah, dan yakinlah doa akan dikabulkan.”
Contoh, Anda yang belum mendapat jodoh, harus yakin bahwa Allah sudah menetapkan setiap manusia berpasang-pasangan. Fokuslah pada apa yang diinginkan, dan tetap mensyukuri hidup yang kita jalani.
3.Syukur
Allah berfirman: ”Sesungguhnya, bila kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” (Ibrahim:7)
Dengan menambah rasa syukur, berharap sepenuh hati bahwa doa kita dikabulkan. Jangan pernah ragu karena keraguan akan menjadi penghambat terkabulnya keinginan.
Bagaimana Jika Kajian Ilmuan Dan Bahasa Agama Dikaitkan Dengan Proses Konseling Yang Bermartabat?
Konseling adalah sebuah proses yang terjadi secara sadar, langsung, dan terpola dalam bingkai budaya. Proses ini terjadi antara klien dan konselor dengan satu tujuan yaitu mewujudkan kembali kehidupan efektif sehari-hari (KES) bagi si klen. Perlu kita garis bawahi, banyak asas yang melingkari sebuah proses konseling sebagai suatu syarat mutlak untuk terwujudnya konseling yang sehat guna perwujudan harkat dan martabat klien. Asas ini hendaknya melekat dan mewarnai dari awal sampai berakhirnya sebuah proses konseling yang dilakukan dalam setiap tahapan dan teknik konseling.

Proses konseling harus selalu tertuju dan terpusat pada kebenaran mutlak. Hingga pada akhir konseling klien sendiri akan mampu secara sehat, terbuka dan tanpa tekanan dapat menentukan kemana dan apa yang seharusnya klien lakukan atas permasalahan yang terjadi dalam lingkaran kehidupannya. Berbagai teknik-teknik konseling yang diterapkan, adalah salah satu cara untuk membangun kekuatan pikiran klien agar dia kembali bereaksi dalam memberikan input positif, rasional, normatif, dan terarah dalam perwujudan proses sehat yang dinamis dalam roda kehidupan.

Kebenaran mutlak yang dimaksud adalah mengedepankan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam agama, jiwa altruistik, moral, etika, nurani yang sehat, fikiran yang positif, rasional tanpa irrasional, serta jiwa yang baik dan kuat. Sentuhan 3 energi yang dipaparkan di atas hendaknya mampu mewarnai proses konseling yang terjadi guna meraih harkat dan martabat klien.
Jelaslah, kekuatan pikiran yang dikemukakan oleh para ilmuwan dan yang tersirat dalam bahasa agama adalah suatu landasan guna meraih kebahagiaan yang nyata dalam realita konseling yang bermartabat.



Melirik Proses Konseling Dalam Pendidikan Karakter
Haris Rahim dalam kajiannya, menuliskan ”Pendidikan Karakter adalah pendidikan yang memberi titik tekan secara sangat kuat kepada arti penting dimensi moral dan etika. Jika moral berhubungan dengan ”tindakan atau perilaku”, etika berkaitan erat dengan ”sikap” dan atau ”penyikapan”.
Dalam pendidikan karakter, setiap siswa didorong untuk mampu menghayati secara seksama pentingnya moral dan etika. Sehingga siswa tumbuh sebagai pribadi dengan personalitas yang kuat untuk ”berkata tidak” terhadap segala hal yang bertentangan dengan moral dan etika.

Bagiku, hal inilah justeru yang menjadi alur dalam ”pelayanan teraputik konseling” yang seharusnya tercipta dan diciptakan dalam proses tahapan konseling oleh seorang konselor. Pengakuan atas ”dimensi Panca Daya” yang dimiliki setiap individu seharusnya ditumbuh kembangkan di dalam proses konseling dengan sikap yang penuh cinta, hangat, dan akrab dengan penerimaan klien yang ikhlas tanpa paksaan, normatif dalam bingkai budaya yang terpusat pada ”trilogi profesi konseling” yang penuh dan melekat dengan semua nilai-nilai kebenaran yang tinggi dalam kode etik profesional konseling.

Masih dalam tulisan Haris Rahim, Ciri Pendidikan Karakter menekankan 4 pilar yang saling terkait dalam satu benang merah yang tak bisa dipisahkan:
1. Keteraturan interior dimana setiap tindakan diukur berdasarkan hierarki nilai. Nilai ini menjadi pedoman normatif setiap tindakan.
2. Koherensi yang memberi keberanian, memberi seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau taku resiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain. Tidak adanya koherensi meruntuhkan kredibilitas seseorang.
3. Otonomi seserong dalam hal ini menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi dirinya sebagai pribadi. Ini dapat dilihat lewat penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau desakan pihak lain.
4. Keteguhan dan kesetiaan. Merupakan daya tahan seseorang mencapai apa yang dipandang baik. Kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih.

Pandanganku, ”pendidikan karakter” telah jauh termuat dalam nuansa nilai konseling yang bermartabat. Pelayanan teraputik konseling telah jauh melingkari dan mengangkat nilai-nilai kecerdasan emosional, sosial, dan spiritual yang tentunya hal itu akan mengembangkan kecerdasan intelektual yang kuat dan berhasil guna.
”Trilogi Pembelajaran”... DAPAT, CATAT, TERAP seharusnya bisa difokuskan oleh semua pendidik dan tenaga kependidikan di setiap jenjang pendidikan yang melekat dalam proses pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan ”PAKEM”.
”Trilogi Profesi Konseling”... DASAR KEILMUAN, SUBSTANSI KONSELING, PRAKTEK LAYANAN, ketiganya hendaknya saling berkesinambungan sebagai tiga pilar kokoh yang tidak bisa bercerai-berai untuk kita hadirkan secara jelas, terarah dalam nuansa yang luas guna meraih anak-anak bangsa yang kuat dan berkarakter yang mampu bersaing dalam mewujudkan ”Tri Guna”... MAKNA GUNA, DAYA GUNA, HASIL GUNA untuk bangsa Indonsia tercinta.

Salam SOLIDARITAS..!

Currently have 0 komentar:

Leave a Reply

Posting Komentar